Tujuan pernikahan Kristen. Dalam agama manapun, pernikahan adalah momen yang paling ditunggu. Menikah tentu saja bukan hal yang mudah, perlu pertimbangan serius sebelum benar-benar menjalaninya.
Pernikahan atau perkawinan juga dilakukan bukan tanpa tujuan, melainkan ada banyak hal yang akan didapatkan setelah menikah. Mungkin agak berbeda dengan tujuan pernikahan pada agama lainnya, maka dari itu pada kesempatan ini kami akan membahasnya.
Harapannya, semoga setelah mengetahui tujuan dari pernikahan dalam agama Kristen, kita bisa benar-benar mempersiapkan setiap jengkal hal kecil yang agar pernikahan bisa terlaksana dengan baik, lancar, dan tanpa kendala.
Tujuan dan Manfaat Pernikahan Kristen
Berikut adalah beberapa kumpulan daftar tujuan, manfaat, dan fungsi pernikahan antara laki-laki dan perempuan dalam agama Kristen Protestan atau Katolik. Simak ulasannya di bawah berikut ini.
1. Sebagai Sebuah Janji
Tujuan pernikahan dalam agama Kristen dilihat secara simbolis adalah untuk saling mengikat janji. Janji diikat dalam gereja dan jika disederhanakan maka perjanjian berarti sebuah persetujuan di antara dua individu.
Perjanjian pernikahan yakni mengasihi dan dikasihi. Ada tiga hal penting yang bisa kita pahami dari perjanjian yang telah Allah tetapkan, yaitu perjanjian merupakan tindakan dari Allah dan tidak bersifat kontrak, kedua Allah berkehendak adanya respons dari kita sebagai manusia namun tidak berarti ini bersifat kondisional, ketiga adalah Allah sudah memberikan berkat serta keuntungan kekal lepas dari umat Tuhan sudah melakukan hal tersebut atau belum.
2 Pernikahan Sebagai Kesaksian
Dengan menikah, maka orang Kristen dipanggil untuk pelayanan khusus, yaitu menyaksikan Kristus lewat bentuk keluarga. Hubungan komunikasi dari suami dan istri akan menjadi wadah anak-anak untuk belajar dan mengenal kasih Tuhan.
Tujuan lain pernikahan adalah menjadi kesaksian, sebuah latihan untuk anak-anak menjadi pasangan suami istri dan orangtua. Dengan pola tersebut akan diteruskan secara turun temurun untuk mendidik anak.
3. Mewujudkan Tanggung Jawab
Tanggung jawab dalam urusan pernikahan adalah dalam keperluan jasmani, batin, dan rohani, sehingga bertanggung jawab dalam ketiga aspek ini secara benar dan baik. Dalam menjalani kehidupan rumah tangga, suami istri harus sama-sama berusaha untuk mewujudkan rumah tangga yang bertanggung jawab apapun halangan yang merintangi.
4. Rumah Tangga yang Bertumbuh
Tujuan pernikahan dalam Kejadian Pasal 2 adalah tidak hanya sekedar mendapatkan keturunan saja, melainkan memiliki tujuan lebih penting, yaitu pertumbuhan. Ketika kedua belah pihak semakin bertumbuh, maka akan didapat kebahagiaan. Masing-masing individu harus dapat mengampuni satu sama lain dan juga mampu beradaptasi sehingga tidak akan memaksanakn atau menuntut pasangan, namun lebih kepada memahami.
5. Menjadi Manusia Seutuhnya
Dengan pernikahan, maka manusia bisa mengembangkan pola jiwa dalam memahami kasih Allah yang tanpa syarat. Contohnya, anak-anak dalam keluarga Kristen hanya bisa merasakan kasih dari orangtua ketika mereka bertingkah laku baik dan menyusahkan, maka kasih orangtua akan sekejap hilang dan diganti dengan amarah, hukuman, kebencian, serta penolakan.
6. Pengemban Jiwa Orang Percaya
Jiwa manusia adalah saling percaya dan di kehidupan sosial serta tanpa jiwa mempercayai ini maka manusia akan sulit dalam pergaulan dan bekerja sama dengan sesama dan manusia yang antisosial akan hidup di dunia mereka sendiri. Pembentukan dan pengembangan jiwa mempercayai ini adalah tujuan pernikahan sehingga setiap individu akan saling belajar untuk percaya dengan pasagnan dan mempraktekkan cinta kasih secara konsisten.
7. Menciptakan Masyarakat Baru Allah
Pernikahan dibentuk oleh Allah dengan tujuan supaya tercipta masyarakat baru kepunyaan Allah dan wadah yang digunakan Allah sebagai sarana membuat sejahtera manusia yang sudah ditebus-Nya adalah dengan melalui keluarga. Allah menghendaki tujuan pernikahan untuk melahirkan keturunan anak-anak tebusan Kristus. Tujuan pernikahan adalah untuk mendidik anak-anak sehingga bisa menjadi anak Tuhan yang tidak hanya patuh pada orangtua, namun juga Bapa.
8. Menjadi Persahabatan
Pernikahan juga menjadi persahabatan, kesatuan sosial, dan spiritual. Dengan membangun pernikahan yang dilandasi dengan persahabatan, maka akan jauh lebih kuat jika dibandingkan dengan pernikahan yang dilakukan hanya untuk tujuan seksual semata.
9. Pemutusan dengan Orangtua
Pernikahan memiliki tujuan untuk selalu tetap menghormati orangtua, namun sebagai suami dan istri maka menjadi hal utama dibandingkan dengan orangtua. Seorang suami atau istri tidak lagi mengharapkan bantuan dan dukungan dari orangtua, melainkan harus dilakukan antara pasangan suami dan istri.
10. Kebersamaan Hidup
Sebuah perkawinan memiliki tujuan kebersamaan yang meliputi seluruh hidup, suami istri akan berjanji membuat satu kehidupan mereka secara utuh sampai akhir hajat. Kebersamaan ini memiliki arti senasib sepenanggungan yagn tidak hanya seumur hidup sampai mati saja, namun dilakukan secara kualitatif seperti yang sudah diucapkan pada perjanjian perkawinan.
11. Sebagai Sakramen
Pernikahan memiliki sifat sakramental dan hanya mengenal paham monogami yang bertitik pada martabat pribadi manusia. Dikisahkan bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam yang artinya jika wanita diciptakan sejajar dengan pria dan wanita tercipta sebagai penolong yang sepadan.
12. Kesejahteraan Suami Istri
Tujuan lain perkawinan adalah untuk mensejahterakan suami, istri, dan anak-anak. Ini mengartikan berupaya apapun yang terbaik untuk pasangan, baik dalam urusan jasmani dan rohani. Pernikahan tidak bertujuan untuk memenuhi kebutuhan biologis saja, namun juga kesejahteraan lainnya.
13. Mengarahkan pada Kelahiran dan Edukasi
Pernikahan jgua bertujuan untuk siap memiliki keturunan atau anak. Tidak dibenarkan jika dalam pernikahan orang dengan sengaja tidak ingin punya anak. Anak merupakan anugerah dari Tuhan, akan tetapi dikaruniai anak atua tidak bukan menjadi hak suami istri yang dapat dituntut pada Tuhan.